Tawuran Antar Pelajar
Tawuran antar pelajar
saat ini telah banyak diperbincangkan oleh masyarakat luas. Tawuran yang
terjadi belakangan ini telah memakan beberapa korban tewas dan luka-luka. Beberapa tahun lalu, beberapa siswa
dari sebuah sekolah swasta ditangkap polisi karena membacok siswa SMK 5
Semarang. Mereka terancam dikeluarkan dari sekolah dan dihukum penjara.
Dan akhir-akhir ini di kawasan Jakarta, tawuran antar
pelajar sering terjadi. Salah satunya adalah tawuran antar sekolah di Bulungan,
Jakarta Selatan. Kali ini memakan korban. Satu pelajar tewas dan satu lainnya
terluka. Tawuran terjadi di Bunderan Bulungan, Jakarta Selatan. Korban bernama
Alawi, siswa kelas X SMA 6, berdomisili di Larangan, Ciledug Indah, mendapat
luka tusuk di bagian dada. Korban kedua, Ramdan Dinis, kelas XII SMA 6, tinggal
di Jalan Piso, Bintaro, Jakarta Selatan. Dia luka di pelipis. Kedua korban dilarikan
ke Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring, Jakarta Selatan. Sayangnya, nyawa
Alawi tak tertolong.
Maraknya tawuran pelajar dipicu oleh banyak faktor. Pada
tingkat mikro, rendahnya kualitas pribadi dan sosial siswa mendorong mereka berprilaku
yang tidak pronorma. Pada tingkat messo, buruknya kualitas dan manajemen
pendidikan mendorong rasa frustasi anak yang dilampiaskan pada tindakan
negatif, termasuk tawuran. Di tingkat makro, persoalan pengangguran,
kemiskinan, dan kesulitan hidup memberi sumbangan tinggi bagi terbentuknya
masyarakat (termasuk siswa) yang merasa kehilangan harapan untuk hidup layak.
Tawuran yang terjadi belakangan ini
dapat dihindari dengan memberikan contoh yang baik kepada anak di mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.
”Lingkungan yang buruk merusak
kebiasaan yang baik.”
Komentar
Posting Komentar