Langsung ke konten utama

Tugas 2 - Persaingan Harga Produk Dalam Negeri Versus Harga Produk Luar Negeri dilihat dari tingginya biaya produksi


Thema : Persaingan Harga Produk Dalam Negeri Versus Harga Produk Luar Negeri dilihat dari tingginya biaya produksi


     
Maraknya Produk China di dalam Negeri



Ø  Abstrak

Harga sebuah produk di dalam Negeri lebih mahal dari pada harga produk Luar Negeri. Tingginya biaya logistik barang domestik mendorong harga-harga produksi dalam negeri menjadi mahal jika dibandingkan dengan produk-produk impor. Biaya logistik di Indonesia yang tinggi tersebut menyebabkan biaya pokok menjadi mahal dan permasalahan itu tentunya disebabkan oleh keterlambatan pembangunan dan kondisi infrastruktur saat ini yang tidak memadai. Karena itu, sejumlah pelaku industri kelautan meminta agar biaya logistik ini dikurangi.
Walaupun Indonesia terkenal memiliki biaya tenaga kerja yang murah, namun hal ini tidak didukung dengan efisiensi biaya produksi. Banyak faktor yang menyebabkan tingginya biaya produksi. Mulai dari harga bahan baku lokal yang tinggi, hingga besarnya biaya yang harus dikeluarkan pengusaha untuk berbagai urusan. Hal inilah yang menyebabkan produk buatan Indonesia tidak bisa bersaing dengan produk dari negara lain.
Pemerintah seharusnya mulai mengambil langkah untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Daya saing tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim investasi, kualitas dari birokrasi dan politisi yang membuat undang-undang, buruh juga memiliki peranan, tentunya juga sumber daya alam yang Indonesia miliki.
Produk-produk dari luar negeri yang masuk ke Indonesia saat ini, didominasi oleh produk dari China, karena produk yang masuk ke negeri ini memiliki varian yang luar biasa.  Produk-produk dari China dijual dengan harga yang relative lebih murah dibandingkan dengan produk dalam negeri. Harga jual produk China yang rendah inilah yang memicu produk cina semakin marak penjualannya di Indonesia. Produk-produk yang didominasi oleh produk dari China misalnya mainan anak, sendok, ballpoint, dan lain sebagainya.


Ø  Pendahuluan

Cintailah produk-produk dalam negeri”, sebuah seruan yang begitu gencar di sosialisasikan oleh pemerintah. Sosialisasi yang disampaikan dengan berbagai macam media tersebut, baik melalui media eletronik mapun melalui cetak, diharapkan oleh pemerintah menjadi penggerak bagi masyarakat untuk menggunakan produk buatan dalam negeri. Pertanyaannya, gerakan tersebut merupakan wujud nasionalisme bangsa atau wujud kekhawatiran pemerintah atas invasi produk-produk yang datang dari luar negeri?
Seperti yang telah kita ketahui, produk-produk dari luar negeri yang masuk ke Indonesia saat ini sangat didominasi oleh produk asal Amerika Serikat, yang ditempel ketat oleh produk dari China. Bahkan produk China sebenarnya lebih mendominasi karena produk yang masuk ke negeri ini memiliki varian yang luar biasa. Dari mulai sendok sampai perangkat elektronik, semua berlabel ‘made in china’, dan yang menjadi nilai tambahnya, harga produk-produk dari China jauh lebih murah. Dalam hal ini, saya akan mengupas tentang produk China di negeri ini, bukan produk luar lainnya karena ingin membandingkan dengan produk sejenis yang juga diproduksi oleh industri lokal. Hal ini agar kita mendapatkan gambaran indikator pembanding yang sesuai, tidak mungkin kita membandingkan produk luar semacam mobil Jepang atau Eropa, yang kita sendiri tidak memproduksinya.


Ø  Landasan Teori

Mahalnya produk buatan dalam negeri dibandingkan dengan impor, menurut Kamar Dagang dan Industri karena biaya logistik yang mahal di dalam negeri. "Lama kelamaan produk kita ini tidak laku, karena biaya logistik kita mahal yang berdampak kepada mahalnya produk dalam negeri," ujar Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Logistik Carmelita Hartoto di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (26/3).
Dia mencontohkan biaya pelabuhan di Indonesia juga cukup mahal dibandingkan dengan biaya pelabuhan luar negeri, sehingga serbuan produk asing lebih murah dibanding produk dalam negeri. 
Sebagai komparasi dari Singapura ke Jepang biaya kapal USD 600 dan biaya pelabuhan USD 200, sementara dari Jakarta ke Medan biaya kapal Rp 6 juta sedangkan biaya pelabuhan Rp 3,5 juta.
Tingginya biaya logistik, membuat pengusaha logistik Indonesia membeli armada kapal yang juga tua sehingga ongkos perawatan lebih mahal. "Ya akhirnya harga produk kan akan berimbas lebih mahal juga," ujarnya.
Pengamat Transportasi Yamin Jingca mengakui bahwa mahalnya biaya logistik dikarenakan 3 faktor, yakin muatan, kapal, pelabuhan dan infrastruktur. "Kita harus menegaskan pemerintah untuk segera membangun infrastruktur khususnya infrastruktur transportasi." ujarnya.
Permasalahan akses darat pun masih menjadi faktor mahalnya biaya logistik, karena akses transportasi geometrik jalan yang masih bermasalah. "Sekarang banyak kontainer menumpuk di pelabuhan, karena masih banyak pelabuhan yang dibangun tidak singkron dengan akses transportasinya," katanya.


Ø  Pembahasan

Invasi besar-besaran produk China, terlebih setelah ditandatanganinya perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China Free Trade agreement (ACFTA) pada 1 Januari 2010 lalu,  menjadi faktor pendorong makin maraknya seruan untuk memakai produk dalam negeri. Pemerintah seperti kebakaran jenggot karena kerjasama perdagangan yang dibangun dengan China malah menjadi bumerang. Produk China, yang sudah kuat dari segi inovasi dan harga yang relatif rendah menyebabkan produk lokal kalah di pasaran negeri sendiri. Dampak kalahnya produk lokal di negeri sendiri menghadirkan banyak efek negatif, dimulai dari matinya industri lokal. Matinya industri lokal tersebut kebanyakan karena harga barang yang dipatok jauh diatas harga barang sejenis dari China, sehingga di pasaran, masyarakat lebih memilih produk asal China. Padahal sebenarnya bila dikaji lebih dalam, bukan karena produk lokal yang terlalu mahal melainkan karena murahnya produk dari China. Timbul pertanyaan, mengapa produk dari China bisa jauh lebih rendah harganya?.
Bila kita melihat dari segi kebijakan, pemerintah China dalam dunia perdagangan ternyata menerapkan politik Dumping. Apakah politik Dumping itu?
      Politik Dumping adalah sebuah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam perdagangan dimana harga suatu barang yang dijual di pasaran luar, seperti Indonesia, jauh lebih murah dibandingkan yang dijual di pasar domestik China sendiri. Hal tersebut yang menyebabkan China dapat menguasai pasaran di luar, tidak hanya di Indonesia saja, melainkan pada ruang lingkup yang lebih luas.
Menurut data statistik Kementerian Perdagangan, Selama 2010, impor dari China naik 45,86% senilai US$20,424 juta. Peningkatan terbesar terjadi pada 5 sektor utama yakni produk mainan anak sebesar 72%, furnitur 54%, elektronika 36%, tekstil dan produk tekstil (TPT) 33%, permesinan 22,22% serta logam 18%. Sebuah angka yang luar biasa besarnya ternyata telah dikeluarkan oleh negeri kita untuk mengimpor produk dari China.
Politik Dumping tersebut dapat berjalan hanya bila pelaku industri dapat menekan biaya produksi sehingga harga jualnya menjadi rendah, dan hal tersebut yang dilakukan oleh China. Faktor yang menyebabkan murahnya biaya produksi antara lain :
·         murahnya bahan baku,
·         iklim permodalan yang sehat,
·         murahnya upah tenaga kerja,
·         sampai murah dan stabilnya biaya energi.
Faktor tersebut yang menyebabkan tidak sulit untuk menetapkan kebijakan harga barang yang murah untuk dipasarkan.
Dari segi inovasi, terlebih dalam lagi varian produk elektronik, China benar-benar mengerti apa yang dibutuhkan oleh pasar luar negeri. Produk fenomenal produksi Apple, mulai dari Ipod, Iphone, sampai yang terbaru Ipad, dengan cepat dapat dibuat replikanya oleh China, dan dengan harga yang jauh lebih murah. Dari segi kualitas tentulah memang tidak sama, tapi China tahu bahwa untuk pasaran menengah kebawah produk tersebut tetaplah diminati, bahkan mungkin penjualannya lebih banyak dari produk yang aslinya.
Kekuatan perdagangan berikutnya dari China selain kebijakan pemerintah, penekanan biaya produksi, dan inovasi adalah observasi. Pelaku industri di China bertindak lebih fleksibel dalam hal memproduksi barang, dengan pertimbangan negara yang dituju sebagai pasar ekspornya, misal di Indonesia, China bahkan memproduksi jilbab, baju muslim sampai baju batik khusus untuk diekspor ke negeri ini saja, dan pasti dengan harga yang jauh lebih murah dari industri lokal.
Melihat apa yang telah dijabarkan tersebut, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan lebih sibuk menyalahkan pemerintah yang mau menandatangani perjanjian AFCTA? atau tetap diam saja dan terus menjadi konsumen setia produk China yang ada di negeri ini? Dengan harga yang ditawarkan, kita tidak dirugikan. Atau kita memilih untuk peduli terhadap bangsa ini, dan masih percaya bahwa negara kita bukan hanya negara konsumen? Bila ini yang kita pilih, mari kita coba rumuskan apa yang harus kita lakukan.
Kita sebaiknya bisa belajar dari kesuksesan Cina mengembangkan dunia usaha dan industrinya. Hal ini jauh lebih baik daripada hanya menggerutu melihat produk-produk Cina yang membanjiri pasar dalam negeri, bahkan lebih parah, kita justru menikmatinya.
Merajalelanya produk-produk Cina dengan harga yang murah dan berkualitas harus dilihat tidak hanya sebagai ancaman, namun juga sebagai pemicu agar Indonesia bisa bergerak ke arah perbaikan, dengan dasar pemikiran, jika China bisa, mengapa kita tidak?.
Pertama, kita harus mencoba mengkaji kebijakan-kebijakan Cina dalam perekonomian khususnya dalam memajukan industri perdagangannya. Kemudian, dengan dasar kajian tersebut mari rumuskan manakah yang bisa dan tepat untuk diterapkan di Indonesia. Karena kita tetap harus mempertimbangkan keadaan, latar belakang, dan budaya Cina yang tidak sama dengan Indonesia.
Langkah kedua yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan pembenahan baik dari segi regulasi perdagangan maupun dalam hal penentuan kebijakan perdagangan. Regulasi dan kebijakan yang seharusnya ditetapkan oleh pemerintah adalah regulasi dan kebijakan yang pro pelaku industri dalam negeri. Permasalahan regulasi sering menghambat pelaku industri, bahkan sejak mencoba membangun industri dari awal, misal dalam pengurusan ijin usaha yang membutuhkan jalur birokrasi yang berliku. Kemudian dalam hal regulasi perpajakannya, sering kali pajak yang harus dibayarkan oleh pelaku industri menyebabkan harga produk yang tidak bersaing karena menjadi lebih mahal.
Ketiga, adalah dengan meningkatkan mutu sumber daya manusia, baik pelaku usaha maupun tenaga kerjanya, dalam hal ini, selain meningkatkan kompetensi dan kemampuan pelaku usaha dan tenaga kerja, faktor lain yang perlu ditingkatkan adalah mengutamakan efisiensi dan efektivitas dalam bekerja, karena tenaga kerja di China,berdasarkan laporan The Global Competitiveness Report  2009-2010menduduki peringkat 32 dari 133 negara, jauh meninggalkan Indonesia yang berada di peringkat 75. Efektivitas tenaga kerja tersebut sangat penting ditingkatkan karena secara langsung akan berpengaruh pada harga produk yang akan dipasarkan.
Langkah keempat adalah dengan memaksimalkan peran akademisi seperti para peneliti dan ahli ilmu teknologi untuk menunjang dunia usaha. Inovasi teknologi sangat dibutuhkan dalam persaingan produk yang dipasarkan. Saat ini, kita sudah berada di jaman yang mengutamakan teknologi, sehingga produk yang dipasarkan merupakan produk hasil teknologi. Dengan penggunaan teknologi, juga dapat menekan biaya produksi yang sampai saat ini masih banyak dilakukan dengan tenaga tradisional, yang akan meningkatkan efektivitas baik dari segi biaya maupun waktu.
Kita harus sama-sama memahami, sudah cukup rasanya kita menyibukkan diri dengan menyalahkan perjanjian perdagangan bebas dengan China, dan sangat memalukan bila kita harus meminta pemerintah membatalkan perjanjian tersebut. Bila kita menganggap kita belum siap, maka mari kita perbaiki bersama. Membatalkan perjanjian perdagangan sama saja memanjakan pelaku usaha lokal, sehingga tidak akan ada perbaikan yang dilakukan oleh pelaku usaha lokal di negeri ini. kita harus menjadikan perjanjian perdagangan dengan China sebagai tantangan yang menguntungkan bagi negeri ini kedepannya.

SEBAB-SEBAB HARGA PRODUK-PRODUK CHINA SANGAT MURAH

Produk China awalnya banyak disepelekan dalam hal kualitas namun sebenarnya banyak juga produk China yang berkualitas tinggi yang specnya atau kualitasnya sesuai dengan standard internasional. Adapun beberapa sebab mengapa produk-produk China bisa murah adalah:

1.      Dukungan pemerintah. 
Ada sebagian daerah tertentu di China yang menpunyai potensi produksi yang bagus maka pemerintah akan menbuat kebijakan dan kemudahan dalam perijinan, bahkan untuk jangka tahun pertama produksi satu pabrik pemerintah membebaskan pajak dan malah kadang dengan mensubsidi setiap jumlah barang yang diproduksi pabrik itu sekitar 10 persen, misal biaya membuat sebuah gelas yang harga modal bahan dan biaya produksi Rp 1000 maka setiap produksi gelas itu mereka akan disudsidi oleh pemerintah Rp100, hinga akhirnya mereka bisa menjual produk mereka diawal dengan harga Rp1000 saja dan sudah untung. 

2.      Menjual produk dengan berbagai kualitas.
Seorang importir ketika ingin menbeli sebuah produk di china iapun ditunjukan 10 produk yang dijejerkan bersama dan sekilas barang ini sama saja kualitasnya ,misal sebuah botol kaca akan disusun bersama namun botol pertam 100 rupiah sampai selanjutnya 200 rupiah dan botol kesepuluh menjadi 1000 rupiah ,sekilas kualitasnya sama namun ketika di pegang baru terasa beda ketebalan serta kualitas botol tersebut akan berbeda satu sama lain. Bahkan ketika pembeli ini meminta harga 50 rupiahpun bisa ia sangupi asal orderan banyak serta bahan yang sesui harga murah tersebut. 


3.      Cara menghitung modal dengan sistem konteiner.
Seorang pembeli di china pernah kaget ketika ditawari 10 konteiner celana dalam dengan harga perlusin hanya seribu rupiah saja ,diapun bingung karena ia menghitung bahan serta biaya produksi celana dalam itu dengan kualitas seperti itu minimal enam ribu rupiah dan dengan dihitung ongkos kirim serta tiket keindonesia maka jatuhnya harga celana dalam itu hanya seribu lima ratus rupiah dan ia pasarkan ke grosir d lima ribu saja dia sudah untung dan diangap murah sekali. Setelah ia bertanya megapa bisa murah ,orang china itupun menjelaskan memang biaya produksi serta bahan celana dalam itu perlusin sekitar enam ribu rupiah namum ia menghitung modalnya berdasar jumlah keseluruhan konteiner ,misal ia mengeluarkan uang 100juta untuk menproduksi 20 konteiner celana dalam itu ,ketika ia bisa menjual celana dalam 10 konteiner dengan harga 100 juta maka untuk 10 konteiner kedua ia bisa menjual hanya dengan 30 juta dan ia untung 30 juta walau konterner itu sebenarnya berharga modal 50 juta. Kemudian setelah habis ia akan menproduksi celana dalam dengan model baru lagi. 

4.      Karyawan yang loyal. 
Hampir dikatakan di China tak ada demo hingga proses produksi lancar dan hubungan antara karyawan pengusaha dan pemerintah di susun dengan baik dan saling menguntungkan. Inilah sedikit ulasan dari hasil ngobrol dengan teman teman saya yang beprofesi sebagai importir barang dan produk dari china. Semoga suatu hari pemerintah dan pengusaha serta karyawan di Indonesia bisa belajar dari kesuksesan negeri tirai bambu ini.  



5.      Upah buruh murah.
Upah buruh di China relatif lebih rendah dibanding upah buruh di negara-negara maju yang menjadi saingan dagangnya. Sehingga perusahaan-perusahaan China berani menjual produk dengan harga di bawah harga pasar dunia.

6.      Bunga kredit bank sangat rendah ( 3 persen per tahun).
Bandingkan dengan bunga kredit di Indonesia yang besarnya 11 persen sampai 12 persen per tahun. Bunga kredit rendah berarti beban/biaya produksi juga rendah sehingga wajar produk-produk China dijual dengan harga yang sangat murah.

7.      Di China tidak ada korupsi, pungli atau KKN antara pejabat pemerintah  dan pimpinan perusahaan.
Tidak adanya korupsi ini akan meringankan beban/biaya produksi perusahaan. Sehingga mereka dapat menjual produk-produknya dengan harga yang sangat murah.

Bagaimana dengan biaya produksi dalam Negeri?
Mahalnya biaya transportasi dan ongkos produksi di Indonesia, membuat harga suatu produk tidak kompetitif dipasar lokal apalagi pada pasar Internasional, hasil Industri made in  Indonesia saat ini nyaris hanya bisa bertahan pada pasar dalam negeri, dan itupun sudah mulai tertekan  karena desakan barang yang sama dari China, harganya pun jauh lebih murah, walaupun mutunya sulit untuk dipercaya.
Faktor harga murah merupakan strategy China untuk merebut pangsa pasar besar di Indonesia,  dan bukan mustahil industri-industri kecil hingga industri skala besar akan gulung tikar dalam bebarapa bulan kedepan oleh karena hancurnya pasar lokal yang diserbu produk import dari China, dan ini memang rencana besar pemerintahan China, agar Indonesia menggantungkan sepenuhnya kebutuhan domestiknya terhadap Industri China.
Ketidak mampuan Industri Indonesia untuk bersaing dengan melakukan pengurangan ongkos produksi dan distribusi menjadi salah satu  penyebab nilai jual produk dalam negeri mahal, hancurnya sarana infrastruktur antar pulau dan  banyak yang sudah masuk dalam kategori  rusak berat, seperti penuturan pengusaha angkutan darat, membuat harga barang lokal mahal,  ditambah lagi  produk yang dihasilkan memakai bahan baku import, seperti produk tekstil maupun electronic yang kesemua bahan baku utamanya ( kapas, semicoductor) harus di import dari luar negeri.
Ironisnya kejadian ini terjadi setiap tahun dan belum ada tanda-tanda perbaikan,   lonjakan harga produk local  yang tidak masuk akal,  sering terjadi kelangkaan bahan baku,  dan akhirnya  produk yang dihasilkan didalam negeri tidak akan  mampu untuk bersaing dengan produk yang dihasilkan dari  Vietnam, maupun China.
Dalam semester pertama  tahun ini, Indonesia sangat kesulitan untuk mendapatkan bahan baku kapas bagi keperluan Industri tekstil dalam negeri, kapas yang dihasilkan oleh beberapa negara seperti, Amerika serikat, India, Pakistan dan sebagian Negara Amerika Latin, telah habis diborong oleh Importir dari China tahun lalu, lewat perdagangan berjangka atau yang lebih dikenal dengan istilah future trading, imbasnya  produsen tekstil ditanah air kalang kabut dan harus mengikuti fluktuatif kenaikan harga yang ditetapkan oleh Eksportir China hingga mencapai 50% dari harga dasar dipasar Internasional.
Lonjakan harga tersebut berimbas pada penghentian kegiatan produksi garment maupun Industri rumahan di dalam negeri, kenaikan harga bahan baku tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual produk sehingga konsumer tidak melakukan pembelian produk secara rutin akhirnya stock menumpuk dan tidak ada kepastian kapan produk tersebut akan diserap oleh pasar.
Importir dari kelas menengah timur tengah maupun eropa timur sudah 6 bulan lebih tidak pernah datang untuk melirik produk garment Indonesia, dapat dibayangkan berapa banyak devisa yang hilang akibat kenaikan harga kapas yang sengaja dilakukan oleh pengusaha China tersebut, jika dulu industri garment kita merupakan andalan utama pemasukan devisa, kini mereka beralih menjadi importir untuk memasukkan barang yang sejenis dari China, imbasnya adalah pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja dilingkungan pabrik mereka seperti yang terjadi di Jawa barat, Jawa tengah maupun pusat sentra Industri di Tanah Air.
Adakah jalan lain yang dapat ditempuh untuk menghidupkan kembali kejayaan Industri di Tanah Air? untuk jangka pendek sepertinya kita tidak punya harapan, namun bilamana pengembangan Industri pertanian Kapas dikembangkan di Nusa Tenggara maupun daerah lainnya, Industri tekstil kita bisa bangkit kembali asalkan pemerintah memberikan dukungan penuh seperti yang dilakukan untuk industri kelapa sawit, dimana saat ini hanya produk ini yang masih bertahan dipasar internasional, karena saingan kita hanya Malaysia saja.
Mahalnya harga produk da­lam negeri yang berakibat ren­dahnya daya saing, merupakan serentetan permasalahan yang disebabkan tingginya biaya lo­gistik dalam negeri.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Logistik Carmelita Har­to­to mengatakan, selain per­soalan infrastruktur, penyebab melam­bungnya biaya logistik diakibat­kan tidak meratanya pemakaian bahan bakar minyak (BBM) sub­sidi di daerah.
Menurut dia, tidak semua trans­­portasi logistik jalur darat men­dapatkan BBM bersubsidi. Bahkan sebagian membeli BBM subsidi di pengecer pinggir jalan.
Karenanya, Carmelita memin­ta pemerintah menghilangkan BBM bersubsidi untuk para pelaku lo­gistik, khususnya ke­pada mobil pengantar barang.

“Kalau biaya logistik tinggi pasti akan menimbulkan harga jual yang tidak efisien. Belum lagi terjadi kerusakan barang di jalan,” katanya.
Guru Besar Bidang Transpor­tasi dan Logistik Universitas Ha­sanuddin (Unhas) Makassar M Yamin Jinca mengatakan, mahal­nya biaya logistik dikarenakan tiga faktor yakni muatan, kapal, pelabuhan dan infrastruktur.
Kapal-kapal pengang­­kut logistik yang mayoritas telah berumur tua juga menjadi penye­bab mahalnya biaya logistik. “Kapal-kapal kita punya ma­salah. Keba­nyakan su­dah tua. Artinya biaya untuk pe­me­­liha­raaan sangat tinggi sekali. Itu yang menyebabkan biaya un­tuk trans­fer barang menjadi ma­hal,” ucapnya.
Terkait investasi kapal, menu­rut Yamin, tingginya harga kapal baru tidak sebanding dengan hasil atau pendapatan yang diterima oleh para pengusaha transportasi logistik. 
Selain itu, akses laut yang mengalami banyak pen­dang­kalan di beberapa pelabuhan di kota-kota besar seluruh In­do­nesia telah membatasi jalur kapal. Pendangkalan tersebut menye­bab­kan pelabuhan hanya bisa ditempati oleh kapal-kapal pe­ngangkut berkapasitas kecil.
Mahalnya produk buatan dalam negeri dibandingkan dengan impor, menurut Kamar Dagang dan Industri karena biaya logistik yang mahal di dalam negeri. "Lama kelamaan produk kita ini tidak laku, karena biaya logistik kita mahal yang berdampak kepada mahalnya produk dalam negeri," ujar Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Logistik Carmelita Hartoto di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (26/3).
Dia mencontohkan biaya pelabuhan di Indonesia juga cukup mahal dibandingkan dengan biaya pelabuhan luar negeri, sehingga serbuan produk asing lebih murah dibanding produk dalam negeri. 
Sebagai komparasi dari Singapura ke Jepang biaya kapal USD 600 dan biaya pelabuhan USD 200, sementara dari Jakarta ke Medan biaya kapal Rp 6 juta sedangkan biaya pelabuhan Rp 3,5 juta.
Tingginya biaya logistik, membuat pengusaha logistik Indonesia membeli armada kapal yang juga tua sehingga ongkos perawatan lebih mahal. "Ya akhirnya harga produk kan akan berimbas lebih mahal juga," ujarnya.
Pengamat Transportasi Yamin Jingca mengakui bahwa mahalnya biaya logistik dikarenakan 3 faktor, yakin muatan, kapal, pelabuhan dan infrastruktur. "Kita harus menegaskan pemerintah untuk segera membangun infrastruktur khususnya infrastruktur transportasi." ujarnya.
Permasalahan akses darat pun masih menjadi faktor mahalnya biaya logistik, karena akses transportasi geometrik jalan yang masih bermasalah. "Sekarang banyak kontainer menumpuk di pelabuhan, karena masih banyak pelabuhan yang dibangun tidak singkron dengan akses transportasinya," katanya.
Belum selesai permasalahan di sekitar pelabuhan, masih ada juga masalah pada akses jalan raya yang menghubungkan kota tuju­an dengan pelabuhan. Menu­rut Yamin, permasalahan tersebut berawal dari kondisi geometrik jalan yang belum disesuaikan de­ngan teknologi akses jalan.
Ia menilai, hal itu karena belum adanya sinergi antara Kemente­rian Perhubungan (Kemenhub) sebagai pihak yang berwenang atas pela­buhan dengan Kemen­terian Peker­jaan Umum (Kemen PU) yang berwenang atas akses jalan raya. 
Ketua Asosiasi Perusahaan Bong­kar Muat Indonesia (APBMI) Bambang Rakhwardi mem­per­masalahkan adanya ke­giatan bong­kar muat atau perce­patan arus ba­rang di setiap pela­buhan yang berbeda. Hal itu membuat para pelaku usaha transportasi logistik tidak dapat bekerja maksimal.
“Saya dari asosiasi bongkar muat pengennya cepat. Tapi kare­na infrastruktur dan di kontainer sendiri juga ada batasan, dari sisi perusahaan bongkar muat ada kendalanya,” kata Bambang.
Ketua Asosiasi Logistik For­warder Indonesia (ALFI) Iskan­dar Zulkarnain menambahkan, salah satu faktor tingginya biaya logistik karena ekspansi anak perusahaan PT Pelindo II.
Menurut Iskandar, ekspansi Pelindo II mengancam eksistensi peru­sahaan-perusahaan swasta. Se­bab, BUMN itu menguasai dari hulu hingga hilir. “Ini membuat UKM otomatis gulur tikar,” kata Isakandar.

Ø  Kesimpulan

Maraknya perdagangan produk China di dalam negeri dipicu karena murahnya biaya produksi Negara China. Berbeda dengan Indonesia yang mempunyai biaya produksi yang tinggi. Penyebab rendahnya biaya produksi produk-produk China antara lain, dukungan pemerintah, menjual produk dengan berbagai kualitas, cara menghitung modal dengan sistem konteiner, karyawan yang loyal, upah buruh murah, bunga kredit bank sangat rendah ( 3 persen per tahun), dan di China tidak ada korupsi, pungli atau KKN antara pejabat pemerintah  dan pimpinan perusahaan. Sedangkan di Indonesia, biaya tranportasi yang sangat mahal, upah tenaga kerja yang tinggi, dan korupsi yang dilakukan para pejabat/pengusaha-pengusaha tinggi menyebabkan mahalnya biaya produksi dalam Negeri.


Ø  Daftar Pustaka





Nama        : Lidiana Tri Cahyani
Kelas         : 1EB24
NPM          : 24212194
Tugas ke 2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas 1 - Tata Kalimat

Nama Kelompok: Anita Rosita         (20212938) Intan Sri Malawati   (23212756) Lidiana Tri Cahyani  (24212194) Wenny Eka Putri      (27212673) Kelas ; 3EB22 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan judul “Tata Kalimat”. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh nilai tugas Bahasa Indonesia pada Fakultas Ekonomi di Universitas Gunadarma. Makalah ini membahas tentang kalimat seperti fungsi unsur-unsur kalimat, jenis-jenis kalimat, dan kalimat efektif. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan di masa mendatang. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi peng...

BAB 8 - Konsep Nilai Waktu dari Uang

BAB 8 Konsep Nilai Waktu dari Uang Konsep nilai waktu dari uang             Beberapa notasi yang digunakan dalam nilai waktu dari uang adalah sebagai berikut : PV          = present value =nilai sekarang dari uang k              = suku bunga yang diberikan atau yang berlaku I               = Jumlah bunga yang diterima dalam tahun atau k (PV) FVn        = future value = nilai masa depan atau nilai akhir tahun ke n n             = jumlah tahun atau periode transaksi atau periode uang diinvestasikan . Berdasarkan notasi dan pengertian di atas, beberapa formulasi yang digunakan dalam konsep nilai waktu dari uang adalah sebagai berikut : 1.   ...

BAB 9 - Manajemen Keuangan Perusahaan

BAB 9 Manajemen Keuangan Perusahaan Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahmya dan menggunakannya se-efektif, se-efisien, seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba. Peran dan Tanggungjawab Manajer Keuangan Kesuksesan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan Manajer Keuangan untuk beradaptasi terhadap perubahan, meningkatkan dana perusahaan sehingga kebutuhan perusahaan dapat terpenuhi, investasi dalam aset-aset perusahaan dan kemampuan mengelolanya secara bijaksana. Apabila perusahaannya dapat dikembangkan dengan baik oleh Manajer Keuangan, maka pada gilirannya kondisi perekonomian secara keseluruhan juga menjadi lebih baik. Seandainya secara lebih luas dana-dana dialokasikan secara tidak tepat, maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi lambat. Dalam suatu perekonomian, efisiensi alokasi sumber-sumber daya adalah sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi ...